http://paradeciptakarya.blogspot.com/atom.xml7TQ5GW3HXHM7

Pages

Pride and Prejudice

Catatan Jaya Kumara: Pride and Prejudice


Secara umum memang begitu. Benang merah karya-karya Jane Austen meliputi persoalan klas sosial, seperti ‘Pride and Prejudice’, ‘Sense and Sensibility’, ‘Emma’ dan ‘Persuasion’ (semua sudah Saya punya film ini — dalam format VCD).

Kemiskinan membuat klas bawah masyarakat Inggris memiliki harapan untuk naik kelas secara sosial melalui perkawinan. Lihat saja adegan pertama ‘Pride and Prejudice’, saat tokoh Ibu sibuk merayu sang Bapak untuk datang menghadiri pesta yang diselenggarakan tetangga baru yang nota bene orang kaya. Ia juga sibuk menjodohkan anak yang satu dengan pria yang ini atau yang itu. Penghasilan pria yang hendak dijodohkan yang sering ditonjolkan dalam dialog, bukan siat-sifat orang itu. Belum lagi saudari-saudari Lizzy yang bertingkah lagaknya orang kaya, seperti main piano, baca buku, dansa …..

Nah, tokoh Tuan Darcy hadir dalam dalam ‘Pride and Prejudice’ adalah karakter yang ‘terjebak’ dalam lingkungan orang kaya yang dipenuhi gosip dan intrik warisan. Bahkan adik tirinya pun terlibat dalam intrik ini. Itulah sebabnya ia memasang penampilan angkuh (pride). Hal ini dilakukan untuk mengurangi parasit yang menempel pada dirinya.

Lalu bagaimana kita tahu ia adalah tokoh yang-baik ? Jane Austen memilih jalan memutar yaitu dengan menampilkan Tuan Darcy sebagai pribadi yang melakukan kebaikan diam-diam tanpa diketahui publik. Misalnya perkawinan Tuan Collins dengan salah satu saudara Elizabeth (Lizzy). Tuan Darcy lah yang menyarankan kepada Lady Catherine agar pasangan itu diberi rumah.

Entah bahagia atau tidak perkawinan perjodohan itu tidak jadi soal. Pokok soalnya adalah Tuan Darcy sangat memperhatikan keluarga Lizzy. Artinya ia memang cinta dengan Lizzy hanya dengan jalan yang tidak lazim — berputar-putar bagai lingkaran pusar ombak.

Akan halnya dengan Lizzy yang juga lebih memiliki nasip yang serupa dengan Tuan Darcy, yaitu terjebak dalam lingkaran pusar ombak gosip, intrik-intrik di balik perjodohan. Asal Lizzy yang dari kalangan bawah ditambah tampang angkuh Tuan Darcy (diajak berdansapun tidak mau) ditambah lagi gosip-gosip yang menyesatkan dari orang-orang diseputaran Tuan Darcy membuat Lizzy memiliki praduga (prejudice) yang kontra produktif bagi pertumbuhan benih-benih cintanya pada Tuan Darcy. Dalam hati Lizzy mencintai Tuan Darcy sementara secara sosial ia sangat membenci setengah mati. Bila digabung jadi judul novel dan film: Pride and Prejudice.

Artinya kisah cinta mereka dilarang bersatu (secara tidak langsung) oleh masyarakat. Karenanya adegan berciuman dua insan yang saling mencintai pada bagian akhir film dilakukan dengan latar belakang pemandangan yang indah bukan di tengah gerombolan masyarakat seperti film-film Hollywood lainnya yang sangat mengagungkan cinta tapi keropos dari segi isi.
Jadi, cinta adalah bentuk bukan isi dari film ‘Pride and Prejudice’. Isinya adalah struktur sosial masyarakat Inggris yang dipenuhi gosip, intrik dan itu — ini yang penting — menimbulkan korban, terutama perempuan yang jadi tergantung pada lelaki (hidung belang sekalipun).

Kurang lebih sama seperti ‘Romeo and Juliet’ yang berisi tentang perkelahian antar geng dengan mengambil bentuk cinta dua insan;
….dan kalau ada yang meyimpulkan cinta menyatukan dua insan mengalahkan prasangka bla….. bla…..bla…. Saya bisa mengerti karena simpulan itu pasti lahir dari alumni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang selalu terlatih pada hal-hal tehnis bukan perenungan. Dan kalau simpulan itu lahir dari tamatan Universitas maka pertanyaan Saya adalah: Lha dulu bikin skripsi berapa hari…?
Demikian teman-teman dan sekarang waktunya untuk protes, nesu dan mencaci tulisan ini. Silahkan….

Jayakumara
Tulisan Lain:

 

0 comments:

Posting Komentar

 
7TQ5GW3HXHM7